Minggu, 17 November 2013

SUPERNOVA 1

“Kalau aku melanggar Sumpah ini, biarlah keindahan dan pesona alam semesta tersembunyi dariku untuk selamanya”





Namanya Supernova. Aku mengenalnya ketika aku berada di perjalanan dalam rangka pencarian partikel semesta (percayalah, ini sangat melelahkan). Aku melihatnya sedang duduk sendiri bersandar dibawah pohon elk yang sangat tinggi. mulanya aku ragu. namun, ada suatu desakan yang memberanikan diriku untuk menemuinya

                “Hai, Namaku Supernova!” katanya dengan nada melengking yang menawan.

Supernova. Nama yang cantik, pun juga penampilannya; gaun malam dengan warna pastel lembut, dipadu dengan rambut panjangnya yang tergerai angin. Matanya gelap bak langit malam, senyumnya bagai embun di pagi hari; begitu sejuk dan menyenangkan. Namun, satu hal yang menarik perhatianku. Dia tidak memakai alas kaki. ketika aku menanyakannya, dia hanya menjawab, “Aku ingin selalu berada di Tanah. Kau tau, aku tidak selalu merasakan yang seperti ini”.



Kuhabiskan Malamku berbicara dengannya tentang apapun; tentang makanan kesukaannya, tentang selera musiknya, tentang bagaimana dia lebih memlih malam dari pada pagi, tentang suasana tempat tinggalnya, hingga tentang Hitam dan Putih.

                “Oh, jadi kau juga mengenal Hitam dan Putih juga? dulu mereka adalah teman baikku, namun semenjak Semesta memberi tahuku untuk tidak mendekatinya, maka aku menghindarinya. Kau tau kan, aku tidak bisa apa-apa di depan Semesta”

Aku mengehembuskan napas panjang. Huh, Dia lagi. Sudah cukup aku mencari partikelnya, namun tetap saja dia menghindar terhadapku. Hei, apa yang salah denganku? Pikirku melamun panjang. Aku benci dalam situasi seperti ini, berada di posisi yang serba salah. Bahkan, aku belum menemui pu…..

                “Hei! Kenapa kau melamun? Jangan terlalu banyak pikiran, atau otakmu akan memakanmu, baru kau tau rasa!” bentak Supernova membuyarkan lamunanku. lalu gelak tawa memecah sunyi malam ini.

Sungguh malam yang indah, sampai-sampai aku melupakan misi ke empatpuluhsembilanku. Ah sudahlah, Mungkin sudah waktunya bagiku untuk menyudahi semua ini. namun, bagaimana nasibku setelah ini?

      “Mm… apa ini tidak terlalu aneh, aku telah menghabiskan waktuku 4 jam berbincang denganmu, namun kau sama sekali belum memberitahuku siapa namamu. Siapa namamu?”

     “Sebaiknya kau tidak perlu tahu, atau Dia akan mengutukmu lagi”, Jawabku dengan ekspresi sedatar mungkin. ini dia, pertanyaan yang paling kubenci, pertanyaan yang selalu kuhindari untuk saat ini.

      "Mengutuk? Apa maksudmu? hei, ayolah terbuka saja kepadaku. Aku pikir kau adalah teman yang baik, dan berbicara denganmu seperti berbicara dengan teman lamaku, kau tau..”

Benar, aku telah menyukainya dari dulu. Mengapa tidak kuberitahu saja? Lantas, aku memberi tahu namaku.

Ekspresi Supernova seketika dingin dan datar. Senyumnya lenyap, Matanya membulat terkejut seperti dihantam halilintar secara bertubi-tubi. Tangannya tersungkur lunglai, kakinya gemetar tak tentu arah. Lalu, dia berkata dengan mulut yang gemetar :


        “Jadi… Jadi… Jadi kau adalah dia? Tapi… ini tidak mungkin……”
                 
Kemudian, waktu terulang kembali.

1 komentar:

Bagaimana menurutmu?

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search