Kamis, 17 Oktober 2013

Kubus Nomor 49



Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.

Posting Komentar

Bagaimana menurutmu?

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search